Dewi Gangga yang Tidur ketika Aku Terbangun
Aku bangun ketika kudapati pikiranku tiba-tiba berlari. Ia lalu kelelahan dan terpaksa membangunkan mataku yang sedang nyenyak tertidur di bawah pohon bantal. Sementara itu ia mendorong perahu dari pinggir dermaga, kemudian mendayungnya menuju ke suatu tempat yang aku juga tak tahu tujuannya.
Kenapa kau membangunkanku? Aku sedang lelah, dan butuh istirahat panjang.
Aku butuh kau bangun, maka aku membangunkanmu.
Alasan macam apa itu?, bukankah kau bisa tetap bekerja tanpa perlu membangunkanku?
Tidak!, aku tetap ingin kau bangun, tadi sewaktu aku berlari dan pergi ke suatu tempat. Tiba-tiba aku berteriak sangat keras, aku kaget dan saat itu juga aku pergi menuju tempat dimana kau berada. Lalu aku membangunkanmu.
Kenapa kau berteriak?
Aku tak tahu, sampai saat ini aku tak tahu kenapa aku berteriak. Aku begitu ketakutan dan merasa sangat cemas karenanya.
Siapa?
Dia?
Iya, siapa dia?
Ku pikir ia seperti Dewi Gangga, cantik sekali, tapi aku juga tak mampu mengingat persis wajahnya. Aku hanya melihatnya sebentar. Auranya teduh sekali, ia berdiri di pinggir sungai, kemudian aku mendekatinya.
Lalu?
Ia menghilang, sekejap setelah aku memalingkan muka. Entah kenapa setelah itu aku merasa kehilangan sosoknya. Padahal aku baru pertama kali melihatnya.
Dia mungkin sosok yang telah kau kenal sebelumnya.
Tidak, aku belum pernah mengenali orang yang wajahnya seperti dia.
Bukan, maksudku ia adalah orang lain yang kau pikirkan dalam diri orang lain.
Maksudmu?
Ia adalah gadis yang saat kau temui, tidak berubah menjadi siapapun, tapi kau membayangkannya seolah ia Dewi Gangga. Kau berakting seolah kau mencintainya tapi sebenarnya mencintai yang bukan selain dia.
Apa maksudmu, Dewi Gangga itu memang tak ada?
Tetap ada, aku bisa melihat ia ada di dalam gadis itu. Tapi bukan sebagai gadis, ia adalah sesosok imaji yang kau bangun kuat-kuat pada gadis itu.
Lalu bagaimana dengan gadis itu?
Ia juga ada, malah yang paling ada. Yang menyentuhmu adalah dia, begitu pula yang mencumbumu adalah dia. Ia bukan Gangga tapi lakunya mirip dengannya.
Kenapa bicaramu semakin membingungkanku?
Aku berbicara karena kau menginginkanku berbicara, seperti ketika kau menginginkanku untuk bangun.
Kau mungkin kebanyakan tidur, hingga terlalu banyak melihat kegelapan. Aku hanya membangunkanmu karena aku ketakutan, itu saja. Kenapa kau malah bilang yang tidak-tidak?
Tidak, aku serius. Aku tidak bisa melihat orang lain dengan cara sepertimu. Yang terlihat olehku hanya apa yang tampak dari apa yang ada. Pantulan dari cahaya pada objek yang kemudian tertangkap olehku sebagai sesuatu. Itu yang aku lihat.
Lalu bagaimana kau tahu kalau apa yang kau katakan tadi?
Aku ini bekerja untukmu. Aku terikat kontrak untuk patuh sepenuhnya kepadamu.
Jelaskan lebih detail.
Aku bekerja sesuai kehendakmu. Aku bisa saja buta dalam sekejap jika saat itu kau menginginkannya. Namun aku tetap memiliki kesadaran bahwa aku sedang dibutakan olehmu.
Apa itu sebabnya aku tiba-tiba berteriak?
Mungkin saja. Dalam duniamu kau hanya peduli pada Gangga, kau terobsesi olehnya dan saat Gangga pergi kau tak terima. Kau memberontak sebab apa yang kau temui kemudian bukan Gangga.
Jadi yang tadi kulihat bukan Gangga?
Aku tidak tahu pasti, tapi kalau kau pernah bertemu dengan gadis lain sebelum itu. Aku menduga besar bahwa itu adalah gadis yang kau temui sebelumnya.
Apakah kau yakin?
Sepertinya begitu, setiap kali aku bangun atau kau membangunkanku. Pada suatu kesempatan saat aku bertemu gadis yang juga kau temui, seringkali pandanganku jadi buyar. Sesaat setelahnya, gadis itu jadi orang lain. Aku pikir kaulah penyebabnya, sebab tidak ada yang bisa membuatku seperti itu selain kau.
Astaga, jika memang benar begitu, apa yang harus aku lakukan sekarang?
Bangun, kau butuh itu sekarang.
Apakah itu tanda bahwa aku perlu menyesal?
Terserah kau saja, aku muak dengan pertanyaanmu. Aku akan kembali tidur. Bangunkan aku sampai kau sudah menemukan pertanyaan lain yang pantas ku jawab. Sekarang kembalikan perahu ini kembali ke dermaga. Kau sudah terlalu jauh pergi, dan pandanganku juga mulai kabur. Aku takut tak bisa menunjukan jalan kembali padamu. Cepat, sebelum aku semakin buta.
Woooy, bangun! bukankah yang di seberang itu Gangga?
cc : Omah Aksara